ads

Minggu, 04 Desember 2011

sejarah dermaga tulang bawang lampung


Menurut penduduk setempat, dermaga di tulang bawang ini sudah lama berada, yakni sejak nenek moyangnya, jauh sebelum belanda datang ke tulang bawang, , berada di tepi sungai tulang bawang, menggala, dulu dermaga ini berfungsi sebagai tempat persinggahan kapal-kapal asing untuk menjual atau mengangkut rempah-rempah ,
Dari pelabuhan inilah agama dibawa masuk oleh pedagang, dan masyarakat menggala mengenal agama,

Pada zaman hindu budha
Pelabuhan ini menjadi tempat atau pusat perdagangan yang di lakukan pedagang-pedagang cina, mereka berdagang kramik-keramik dan mengangkut hasil bumi dari tulang bawang, masyarakat setempat juga memepercayain bahawa sekitar sungai tulang bawang ini ada kerajaan tulang bawang,

Pada zaman Islam
Pelabuhan ini menjadi pusat dagang yang di lakukan oleh pedagang-pedangang Islam dari dan cina,  dan di sini juga menjadi jalur perdagangan banten dengan palembang

Pada zaman belanda,
dermaga di menggala merupakan salah satu dermaga terbesar di lampung, dan pada waktu itu lampung hanya memiliki dua dermaga saja, yakni di menggala dan di teluk betung,

pada era reformasi
dermaga ini di perbaruhi, dan pada tahun 2004 dermaga ini mulai di operasikan kembali dengan jalur pelayaran menggala merak, tetapi pengoprasian dermaga tersebut tidak mencapai setahun, menurut warga di karnakan kapal-kapal tersebut mengganggu dan merusak fasilitas warga yang berada di sekitar sungai tulang bawang tersebut dan juga pengadaan dermaga dan kapalanya tersandung masalah

sebelum abad 20 seluruh ekspor lampung ke palembang, pulau jawa dab bahkan ke Singapura dan Eropa di berangkatkan melalui pelabuhan ini
dilihat dari kondisi pelabuhanya ,menggala yang pada waktu itu sudah sangat maju, di karnakan menggala berada dekat dari sungai terbesar dan terlebar di lampung dengan lebar 200 meter  dan pelabuhanya juga sudah cukup besar, jadi semua yang dari luar bisa masuk ke dalam, memalui jalur air tersebut.
disini saya mengambil kesimpulan ternyata masyarakat menggala pada waktu itu sangatlah tidak anti pendatang, dan  ramah, meskipun sedikit keras,kebudayaan-kebudayaanya juga sudah maju.
sayangnya peninggalan-peninggalan dermaga dari zaman hindu budaha sampai belanda sudah tidak di temukan lagi, tetapi berdasarkan pengetahuan warga sekitar  letak dermaga tersebut ada dua yaitu berada di cakat dan di bugis    ( yang di gunakan dermaga sekarang ini) tetapi yang di cakat sudah tidak tersisia lagi, tetapi berdasarkan sumber yang lain di tulang bawang memiliki 5 buah dermaga dengan panjang dermaga 58 m
sampai sekarang dermaga ini masih di gunakan meskipun hanya kapal-kapal kecil untuk mejual hasil bumi dari pagar dewa, bakung ke menggala, sayangnya dermaga sekarang ini sudah tidak terawat lagi dan hanya menyisakan puing-puing besi yang sudah berkarat.
Sebagai salah satu alternatif jika musim hujan tiba, jalanan dari pagar dewa menuju  menggala sangatlah sulit dijangkau masyarakat khususnya yang bermata pencaharian sebagai pedagang hasil bumi dan tidak memungkinkan menggunakan jalur darat maka dermaga ini dimanfaatkan sebagai alternatif utama jalur perhubungan antara Pagardewa-Menggala-bakung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar